Pulangmu selalu kutunggu meski detik terasa lambat tanpa khabar
Pagi di desa kecil tempat tinggal kami selalu datang dengan sunyi yang menenangkan. Burung-burung saling bersahutan di pepohonan, kabut tipis menyelimuti atap rumah, dan aroma kopi hitam selalu menjadi tanda bahwa hari baru telah dimulai. Aku berdiri di dapur, menuangkan air panas ke teko kaca, sambil sesekali melirik jam dinding yang terasa bergerak lambat sejak Satrio berangkat tugas dua minggu lalu. Namaku Sinta. Aku seorang guru SD. Aku juga seorang istri, dan seorang ibu. Dan pagi ini, aku hanyalah seorang perempuan yang sedang merindukan suaminya. "Bu, Hero mau susu," suara kecil putraku membuyarkan lamunanku. Aku menoleh dan tersenyum melihat Hero yang masih memakai piyama dengan gambar dinosaurus, rambutnya acak-acakan. "Iya, Nak. Sini, duduk dulu. Ibu bikinkan," ujarku lembut, mengusap kepalanya yang hangat. Hero duduk di kursi rotan dekat jendela, tempat favorit ayahnya membaca koran setiap pagi. Aku menuangkan susu ke dalam cangkir kecil bergambar robot k...